Bismillahirrahmanirrahim…
“Nggak ah, dia kurang tinggi. Ntar kalo jalan sama aku kayak anak tangga berjalan. No..No..No…jorok pula!” Kata Anindia sambil mengibas-ngibaskan jari telunjuknya.
“Ah, kebanyakan permintaan! Yang ini kurang tinggi, yang kemarin kurang Macho, yang kemarinnya lagi kurang keren. Maumu yang kayak gimana sih, Nin?” ujarku sebal.
“Yang tinggi, yang kaya, yang macho, yang keren, harus pinter, bla…bla…bla….”
“Tauuu…ah!” Kututupkan tangan di kedua belah telingaku.
“Ihh…gimana donk? aku emang nggak bisa menerima mereka, mereka nggak sesuai sama kriteriaku!”
“Terus aja cari! Ubek-ubek aja dunia, ntar kalo ketemu yang sempurna, kamu jangan ilfil ya kalau ternyata dia juga masih suka ngupil atau kentut..hahaha.”
“Idih, jorok ih!”
“Mana ada manusia yang nggak ngupil atau ngentut? Manusiawi itu mah! Kalau kamu nggak mau nerima, ya cari aja yang nggak suka ngupil atau kentut. Kalau udah ketemu, bilang-bilang ya.”
Aku ngacir meninggalkan Anindia sambil cengar cengir.
***
Kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, benar! Tak ada yang meragukan ini termasuk aku, kamu, kita. Namun, masih banyak yang meragukan bahwa dirinya bisa menerima orang yang kurang sempurna menurutnya.
Alasannya sih, karena kalau cocok dengan impian bisa membuat sebuah perkawinan menjadi langgeng, benarkah? Kamu mungkin bisa membayangkan, betapa bahagianya seseorang yang mendapatkan orang yang diimpikan dan dicintainya menjadi belahan jiwa setelah akad. Aku pun yakin kalau kamu mempunya impian yang sama.
Kelanggengan sebuah pernikahan bukan hanya karena kamu menikah dengan pilihanmu, orang yang kamu cintai, atau orang yang menurutmu dan membuatmu sempurna, tapi karena kamu dan dia bisa saling menerima keadaan masing-masing, keadaan dimana kalian tidak pernah bisa sempurna.
Ketika kesempurnaan itu menjadi sebuah inti dari impian, maka yakinlah kamu akan kecewa. Jika suatu saat nanti pasanganmu melakukan sesuatu yang jauh dari rasa sempurnamu, kamu akan merasa bahwa kamu telah dikhianati olehnya. Padahal yang mengkhianatimu adalah impian kesempurnaanmu.
Itulah yang dirasakan sebagian orang yang melakukan, hubungan tanpa status, pacaran, ta’aruf ‘kacangan’, atau apalah namanya. Dia tahu bahwa pasangan tanpa statusnya tidaklah sempurna, hanya saja yang dia lihat cuma yang baik-baiknya saja. Begitu juga sama pasangannya, yang dia perlihatkan cuma yang bagus-bagusnya aja, giliran yang jelek kudu diumpetin. Namun, saat dia telang menggelar akad dan tahu pasangannya tidak sesempurna ketika pacaran, dia langsung menangis bahkan nyaris bunuh diri. Tapi, itulah pilihan. Kamu, aku, kita diberi akal untuk membedakan mana yang seharusnya dinilai sempurna, dan mana yang hanya kebohongan.
Ingatlah sobat BMB, kita hidup bukan untuk mencari kesempurnaan, namun untuk melengkapi ketidaksempurnaan. Impian kita bolehlah sempurna, mendambakan pangeran berkuda putih, hanya saja kita juga harus paham kalau sang pangeran bisa saja orang yang pelupa, nggak keren, bahkan mungkin jorok. Tugas kitalah yang nantinya untuk menyempurnakannya. Ketika dia lupa, kitalah yang mengingatkan. Kalau dia nggak keren, kita buat keren. Kalau dia jorok, tugas kita untuk membantunya membersihkan yang seharusnya.
Kita sempurna jika kita mau menerima ketidaksempurnaan. Jika kamu ingin mencari kesempurnaan dari seseorang, maka kamu tak akan pernah menemukannya.
Wallahua’lam bish Shawwab.
http://www.bukanmuslimahbiasa.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar